Nelayan dan Guru (Bukti yang Empiris)

|


Alkisah ada seorang Guru yang sedang berlibur, setelah sepekan lamanya ia bekerja mencari uang untuk menghidupi dirinya, dia memutuskan untuk berlibur ke suatu pulau kecil. Disana ia mendapatkan suasana yang tenang dan damai, sangat cocok untuk mengistirahatkan otaknya sejenak. Setelah beberapa jam ia berjalan menulusuri pulau tersebut, ia melihat seorang nelayan yang hendak berlayar. Lalu ia menghampiri nelayan itu untuk menumpang atau jika tidak diperbolehkan ia ingin menyewa perahu nelayan tersebut untuk menikmati pemandangan dari tengah laut. Setelah melakukan basa-basi dengan si Nelayan tersebut, ia langsung mengatakan keinginannya untuk menumpang atau menyewa perahu tersebut, ternyata si Nelayan tersebut dengan senang hati memberi tumpangan pada Guru tersebut tanpa harus meminta rupiah pada si Guru tersebut.

Yah, sekarang mereka sedang dalam perjalanan. Melihat si Nelayan terlihat lelah, ia hanya melakukan dialog-dialog kecil untuk melupakan lelah yang telah hinggap di tubuh Nelayan tersebut sekaligu membunuh waktu. Dari dialog kecil tersebut, tanpa disadari perbincangan mereka telah sampai pada ruang yang teramat sakral, yaitu mereka membicarakan Tuhan.


"Apakah Bapak ini seorang yang percaya pada Tuhan ?" tanya si Guru tersebut

"Wah, semua orang bukannya percaya pada Tuhan ya de ?" jawab lugu si Nelayan tersebut

"Kata siapa Pak semua orang percaya pada Tuhan ? saya ini orang yang tidak percaya pada Tuhan, entah itu keberadaannya atau apalah, saya tidak percaya".

"Loh, lalu siapa yang menciptakan Ade ini jika Tuhan itu nda ada ?"

"Bapa pernah mendengar teori Big Bang ?"

"Tidak pernah". jawab si Nelayan sambil menggelengkan kepala

"Kita itu (Manusia) adalah sebuah materi yang telah berkembang dari sebuah materi yang sederhana sebelum kita. Apakah Bapak pernah melihat Tuhan ?"

"Ah, ade ini bercanda. Masa iya menanyakan hal tersebut pada saya, saya inikan manusia biasa, bukan Nabi".

"Jadi Bapak belum pernah Melihat Tuhan ?"

"Iya".

"Lalu jika Bapak belum pernah melihat Tuhan, bagaimana Bapak bisa percaya pada keberadaan Tuhan ? Untuk mempercayai sesuatu, kita harus mempunyai bukti secara empiris. Apa Bapak punya bukti secara empiris yang dapat membuktikan keberadaan Tuhan ?"

"Empiris itu apa de ?"

"Empiris itu bukti yang berdasarkan pengalaman Bapak"

"Kalau begitu nda ada sepertinya bukti yang empiris itu"

"Nah, lantas apakah sekarang Bapak masih percaya kalau Tuhan itu ada ?"

"Masih".

"Loh, bukti secara empiris saja Bapak tidak ada, kok masih Percaya pada Tuhan ?"

"Apakah ade ini percaya kalau si Mister Obama itu presiden Amerika ?"

"Yah jelas percaya".

"Memang ade ini sudah mempunyai bukti secara empiris kalau Obama itu presiden Amerika ?"

"Loh, Bapak ini ngawur bange. Memang Bapak gak pernah nonton tv ? kan di tv sudah jelas diberitakan, dan Obama sendiri ada kok di tv".

"Bisa saja itu orang lain, dan mereka yang menyorot orang yang mengaku Obama itu telah sekongkol untuk membohongi dunia. Apakah ade ini sudah pernah bertemu dengannya dan bertanya siapa namanya dan setelah itu ade cocokan dengan Kartu Tanda Penduduk yang ia miliki, dan ade juga harus melihat Kartu Keluarganya".

"Belum, saya belum pernah melakukan itu".

"Lalu kenapa ade percaya kalau Obama itu ada ?"

Menyadari akan kesalahan dirinya, si Guru tersebutpun terdiam.



0 komentar:

Posting Komentar