Tuhan Segelas Air dan Redoxon

|


Dalam diskusi Filsafat, pembahasan akan ada dan tiadai Tuhan, wujud Tuhan, dimana Tuhan dan lain-lain yang masih seputar tentang pembahasan Tuhan memang tampak belum menemui suatu titik terang. Baru-baru ini dalam sebuah grup filsafat sedang ramai-ramainya membahas masalah dimanaTuhan, pembahasan ini bukan suatu bahasan yang baru dalam grup itu. Mungkin karena bahasan tentang wujud Tuhan dalam grup tersebut belum menemui titik terang atau mungkin karena ilmu pengetahuan yang semakin berkembang.

Seperti yang telah diketahui oleh banyak arif, bahwa pertanyaan "dimana" memang akan menunjukan suatu "tempat/ruang" yang tak bisa dipisahkan dari "waktu", jadi "mungkin" kurang tepat pertanyaan "dimana" yang akan menunjukan suatu "tempat/ruang" dan "waktu" ditujukan pada keberadaan Tuhan yang dimana pada hakikatnya Tuhan tidak terjebak oleh "ruang dan waktu".


Analogi yang menarik yang baru-baru ini adalah "segelas air dan redoxon"

Dimana saat air dicelupkan kedalam segelas air, maka redoxon tersebut akan larut dan melebur bersama air tersebut, jadi tidak bisa dikatakan bahwa segelas air itu adalah air biasa, tapi segelas air tersebut berisi air larutar redoxon. Maksud dari analogi tersebut adalah bahwa Tuhan meliputi segala mahluk yang telah ia ciptakan.


Ada beberapa hal yang masih tidak dapat saya terima dari analogi tersebut.

1. Saat redoxon masuk ke dalam gelas dan larut bersama air tersebut, maka redoxon tersebut berada di dalam gelas sebagai wadah air tersebut. Jadi saat Tuhan meliputi semua ciptaannya yang ada di Bumi ini, maka Tuhan telah masuk ke dalam suatu ruang (Bumi) dan secara tidak langsung, ia juga telah terjebak ke dalam ruang dan waktu dan hal ini sangat bertentangan dengan "Tuhan yang tidak terjebak oleh ruang dan waktu". Jika saya mengikuti imajanasi saya sewaktu kecil, mungkin bukan redoxon yang seharusnya masuk kedalam segelas yang berisi air, tapi gelas dan air tersebut berada di dalam redoxon dan jika kita bayangkan itu pada Tuhan, maka bukan Tuhan yang masuk ke dalam Bumi atau suatu ruang yang ia ciptakan yang di dalamnya berisi mahluk yang ia ciptakan, akan tetapi segala ruang dan waktu yang di dalamnya terdapat segala ciptaannya berada di dalam Tuhan tersebut.

2. Saat redoxon masuk ke dalam gelas dan larut bersama air tersebut, maka air tersebut bukan lagi air biasa, melainkan air larutan redoxon karena redoxon tersebut telah menjadi satu kesatuan dengan air tersebut. Jadi saat Tuhan telah menjadi satu dengan ciptaannya, bisa dikatakan bahwa segala mahluk yang ada di bumi ini mempunyai hakikat sebagai Tuhan, karena Tuhan telah menyatu bersama mahluknya atau jika analogi ini mengarah pada sifat, maka segala sifat Tuhan telah ada di dalam diri setiap mahluknya, bila kita melihat pemahaman "pantheisme" maka kita akan menemukan suatu kesamaan di dalamnya.

Mahluk yang diciptakan oleh Tuhan bukan menunjukan "suatu letak keberadaan" Tuhan yang biasa kita temukan dalam pertanyaan "dimana ?" akan tetapi, mahluk yang Tuhan yang diciptakan Tuhan menunjukan "suatu eksistensi" dari Tuhan tersebut, yang biasa kita temukan pada pertanyaan "Ada atau tidak ada ?" dan mahluk yang diciptakan juga bukan menunjukan "suatu wujud" Tuhan, yang bila kita bayangkan akan tersirat dalam kepala kita dengan "suatu bentuk", tapi mahluk yang diciptkan oleh Tuhan merupakan "suatu perwujudan" adanya Tuhan itu sendiri. Dalam contoh sederhana : mungkin kita tidak dapat mengetahui "wujud" dari oksigen itu seperti apa, tapi kita mengetahui bahwa oksigen itu ada. "Perwujudan" bahwa oksigen itu "ada" adalah dengan adanya manusia yang menghirup "oksigen".

Jadi saya kira kurang tepat untuk menjawab "dimana" Tuhan berada dengan menggunakan analogi tersebut. Mohon maaf sebelumnya jika terdapat suatu kesalahan dan saya mohon koreksi dan pencerahan dari teman-teman.

Salam,


Utha Freak

0 komentar:

Posting Komentar