Antara Batasan dan Cara Pandangan (Terinspirasi Dari Seorang Yang Barusan Mengatakan Saya Goblok)

|


Beberapa orang mengatakan aku adalah orang bodoh, orang aneh, orang gila. Yah memang seperti itulah kenyataan dalam segi parameter yang ada didalam kepalanya. Aku yang tergolong sebagai orang bodoh yang sempit jika dibanding oleh keluasan langit yang belum pernah ku temukan ujungnya karena aku ini terbatas, tetapi dalam keterbatasan ini aku selalu menemukan batasan yang lebih kecil dibanding batasan yang kupunya, yang selalu mengatakan "Hei, batasan mu sungguh teramat sempit kawan", yah batasan yang ku miliki ini memang sempit, dan nada dari tiap kalimat itu selalu saja sinis mengatakan sempitnya keterbatasan yang membatasiku. Apakah mereka tidak sadar bahwa batasan yang membatasi mereka tidaklah lebih lebih besar, luas, atau apalah jika dibanding dengan keterbatasan yang membatasiku saat ini ?

Beberapa menit yang lalu, datanglah seorang dengan keterbatasan yang mengatakan bahwa batasan ku ini sangatlah kecil, aku terdiam sejenak, aku menatap ke arahnya, lalu aku mendekatinya, yah, hanya beberapa kaki jarak ku saat ini dengannya, aku melihat keterbatasan dirinya yang tidaklah lebih tinggi dariku, dan tidaklah lebih luas dari keterbatasan yang aku miliki. Sungguh menyedihkan melihatnya berada dalam keterbatasan yang tidak lebih luas dari keterbatasan yang kumiliki saat ini, tapi dengan sombongnya ia menghujat, menghina, mencaci dan memaki diriku. Setelah melihatnya seperti itu, akupun menangis, yah beberapa tetes air mata itu jatuh dan dia tidak menyadari bahwa tangisan ini bukan karena dia memperolok batasan ku, tangisan ini ada karena melihat apa yang terjadi dengannya sekarang ini, ingin ku gapai tangannya lalu ku ajak masuk dalam batasan ku ini, dan membuat batasan yang lebih luas lagi dengan keberadaan dirinya disisiku ini, tapi dia menjauh dari keberadaan ku saat ini, dan dia memandang keterbatasan yang kumiliki ini menjadi semakin kecil, seperti saat aku mengatakan bulan itu terlalu kecil jika dibanding dengan telapak tanganku, kalau aku bisa kesana, pasti aku bisa meraihnya dengan mudah. Mungkin dia yang sekarang ini seperti aku yang sedang menatap bulan tersebut.

Aku berlari mendekatinya, bermaksud mendekatkan diriku dan keterbatasan yang kumiliki saat ini, agar ia tersadar akan luasnya keterbatasanku dibanding dirinya, tapi dia berlari menjauh, semakin jauh, sehingga aku melihatnya seperti sebuah titik, aku terdiam kembali, mengambil nafas panjang untuk kemudian berlari kembali untuk mengejarnya, tapi tiba-tiba bisikan datang "Lihatlah, kau melihatnya seperti sebuah titik, mungkin kau akan dapat mengerti dan bersikap bijak dengan sebuah titik yang kau lihat itu, tapi apakah dia dapat mengerti setelah melihatmu menjadi seperti sebuah titik ? apakah kau sudah lupa dengan apa yang ia lakukan dan apa yang ia ucapkan saat kau hanya berjarak 2 atau 3 kaki dari dirinya ?". Aku pun langsung melanjutkan langkahku untuk menggapai dirinya, lari ku semakin kencang, dan sesekali terjatuh karena mengabaikan bebatuan untuk tetap fokus ke arahnya yang sudah menjadi titik.

Sekarang aku sudah dekat dengannya, sedikit lagi akan kudapatkan dirinya, "dapat" kataku sambil ku genggam erat tangannya.

Hei !!! Lihat dan bandingkan siapa yang lebih luas, kau atau diriku ? "Sambil berharap ia tersadar"

Tentulah dirimu, "jawabnya"

Apakah kau ini buta ? "tanyaku"

Aku tidak buta, mungkin kau pria berbaju kotor yang buta. "jawabnya kembali"

Aku berfikir dan berkata dalam hati "Tidak mungkin ia orang buta, karena ia mengetahui bajuku kotor setelah terjatuh tadi", apakah dia tuli ? "tanyaku dalam hati", tapi ia dapat mendengar apa yang kutanyakan tadi.

Aku terus menggenggam erat tangannya, menunggu ia tersadar. Hingga akhirnya datang orang mendekati diriku dengan batasan yang lebih luas dibanding diriku, ia berkata "Ia telah dibutakan oleh kebodohan, dan ditulikan oleh kebodohan", lalu ia merangkulku untuk meninggalkan orang yang telah dibuat buta oleh kebodohan tadi, dan mengajakku memperluas batasanku dengan berada didekatnya.

0 komentar:

Posting Komentar