Al Quran Tidak Otentik ?

|

Al Quran adalah kitab yang benar, itu terbukti dari adanya penemuan-penemuan sains yang sebelumnya telah tercatat di dalam Al Quran dan tidak adanya pertentangan (kontradiksi) dari satu ayat dengan ayat-ayat yang lainnya. Ini juga yang membedakan Al Quran dengan kitab-kitab yang diklaim sebagai kitab suci yang masih terdapat banyak keraguan di dalamnya. Al Quran juga telah langsung dinyatakan dijaga, ini terdapat dalam Al Quran "Sungguh Kami telah menurunkan Adz-Dzikr, dan sung-guh Kami pula yang akan menjaganya." (QS. Al-Hijr: 9).

Baru-baru ini saya melihat sebuah status dari Frans Donald 'free-thinker, status tersebut berbunyi seperti ini "Mas Frans, byk studi ilmiah yg telah membuktikan ketidakotentikkan bible & al quran. Hanya sj masih byk umat x-ten + muslim yg masih belom bisa menerima knyataan pahit yg mengguncang tsbt." 

Bila memang benar banyak studi ilmiah yang telah membuktikan ketidak otentikan Al Quran, maka ini akan membuat gempar dan goyah iman seluruh umat Muslim di dunia. Tapi apakah benar ada studi ilmiah yang telah membuktikan ketidak otentikan Al Quran ? Ini patut dipertanyakan terlebih dahulu sebelum kita percaya bahwa ada studi ilmiah yang membuktikan ketidak otentikan Al Quran, minimal kita harus mengetahui studi ilmiah itu lalu ditelaah bersama apakah hal tersebut benar atau tidak.


Hingga detik ini, Saya dan teman saya yang bernama Ikrar Muhammad yang turut berdiskusi di status tersebut dan mempertanyakan studi ilmiah tersebut belum mendapatkan jawaban dari pertanyaan kami. Jadi hingga detik ini saya dan teman saya tersebut belum mempercayai status tersebut dan masih menunggu pertanggung jawaban dari Mas Frans yang telah membuat status tersebut. :)

Di sana juga saya melihat sebuah komentar dari akun yang bernama Abdul Jeme, beliau mengatakan : "Semua kitab agama, apakah itu bibel, apakah itu koran, maupun kitab agama lainnya, setelah dianalisis kritis melalui analisis historical-kritik teks yg obyektif, dengan ujian akal sehat melalui metode empiris dan disiplin ilmu yang waras, telah nyata-nyata tak terbukti sebagai kebenaran mutlak seperti yang sering dipropagandakan para pengikutnya yg fundamentalis-konservatif, apalagi yg fanatik. Seyogyanya harus rela diakui dan dipahami dgn akal sehat dan hati yg ikhlas oleh semua orang di seluruh muka bumi ini bahwa tidak ada “kitab suci” yang terbukti akurat/otentik telah ditulis (dan bebas/steril dari kekeliruan) pada masa tuan “nabi” itu masih hidup.

Maksudku adalah:

Pahamilah wahai manusia sekalian yg berakal mulia, semua tulisan2 -yg selanjutnya setelah dibendel menjadi kitab suci yg disakralkan/dimitoskan- sesungguhnya merupakan kabar-laporan yg bersifat sepihak saja, yang di tulis oleh tuan A yg sumbernya didapatkan dari tuan B, yang didengarnya dari tuan C, yg berdasarkan kabar-kabur dan cerita-cerita dari katanya tuan D, yang sebelumnya ditutur-tinularkan oleh tuan E, yang sebelumnya ia dengar dari katanya tuan F, yg sebelumnya didapatkannya terlebih dulu dari tuan G, yg sebelumnya diingat-ingat atas perkataan tuan H, yg sebelumnya sempat diceritakan oleh tuan I, yg sebelumnya sumber cerita tsbt dikisahkan oleh tuan J, dstnya.

Terlihat seperti orang dengan kelas intelektual yang tinggi bukan ? Tapi stop dulu tercegang dengan gaya bahasa beliau. Mari kita kaji lagi posting komentar dari orang ini. Beliau mengatakan "dengan ujian akal sehat melalui metode empiris". Sebelummembahasnya, ada baiknya kita sama-sama mengetahui apa itu empiris, dan saya yang masih sangat awam, akan menjelaskan apa itu empiris sesuai dengan yang saya ketahui.

Empiris dalam sains dan metode ilmiah, empiris berarti suatu keadaan yang bergantung pada bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera. Data empiris berarti data yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan.

Setelah mengetahui apa itu empiris, baru kita kembali mengamati komentar dari Saudara Abdul Jeme. Beliau yang mengatakan bahwa Al Quran tidak akurat/otentik dengan berdasarkan metode empiris telah membuat suatu hipotesis sendiri yang sama sekali tidak menggunakan metode empiris. Apakah dalam pengamatannya ia telah menggunakan mesin waktu untuk melompat pada masa saat Al Quran diturunkan, sehingga ia mengetahui Al Quran yang dulu dan yang sekarang itu berbeda atau Al Quran itu sengaja dikarang oleh manusia dan bukan datang dari Allah ? Ini sangat bertentangan dengan apa yang dikatakan beliau bahwa Al Quran tidak akurat/otentik berdasarkan metode empiris, ini merupakan suatu kesalahan (fallacy) dalam berlogika.

Ada juga yang mengatakan "Tuhan yang membiarkan sabdanya tertulis kedalam sebuah buku tidak lebih dari seorang AUTHOR, sama seperti pengarang fiksi, cerita dan dongeng. Mereka yang percaya dongeng2 tanpa bukti tersebut sebenarnya secara tidak disadari sedang melecehkan tuhannya sendiri."

Dalam sebuah tulisan kita mengenal 2 jenis tulisan, dimana ada tulisan yang bersifat fiksi dan fakta. Jika Al Quran merupakan cerita fiksi, memang tepat kalau Tuhan itu disamakan seperti seorang Author, tapi mari kita balik keadaanya. Bagaimana jika Al Quran bukan merupakan cerita fiksi ? Apakah Tuhan masih sama seperti seorang penulis ? Allah tidak membukukan firmannya begitu saja, tapi Al Quran sengaja dibukukan agar semua manusia dapat mengetahuinya. Mungkin jika Al Quran tidak dibukukan, saya tidak akan tahu apa-apa saja isi dalam Al Quran.

Catatan : Mungkin hanya itu sedikit penjelasan dan jawaban atas tuduhan dan fitnah terhadap Al Quran dari saya yang masih sangat awam dan bodoh ini. Mohon maaf bila masih terdapat kesalahan di dalamnya.

Salam,


Utha Freak

0 komentar:

Posting Komentar